The Journey of FH Family
Rabu, 04 Agustus 2021
Lelaki Ku
Hijrah ke Jepang
Sekitar dua bulan lagi kami akan meninggalkan negeri sakura ini. Banyak sekali rekaman jejak perjalanan yang sayang jika tidak ditulis. Semoga suatu saat tulisan ini akan jadi pengingat dan motivasi buat anak2 menjelajah belahan dunia lainnyaπ. Mungkin cerita perjalanannya tidak akan runut waktu tergantung mood saya lagi pengen nulis yang bagian mana dulu hehehe
Tanggal 20 Juli 2019 kami sekeluarga bertolak ke Kansai Int’l Airport menyusul Abi yang sudah setahun tinggal disana karena lagi tugas belajar. Pindah rumah artinya membuka lembaran hidup yang baru buat saya dan anak-anak. Abang berpisah dengan teman-teman sekolahnya, saya berpisah dengan teman-teman kantor dan komunitas lainnya. Bisa dikatakan bagi saya dan abang, hijrah ini berarti meninggalkan zona nyaman kami di Bogor menuju tempat baru yang sama sekali belum dikenal. Kalau buat kakak, justru kepergiaan ini dalam rangka membentuk zona nyamannya. Dia akan merasakan pertama kali sekolah di Jepang begitu pun dengan FH3 dia akan merasakan 24 jam bisa bersama uminya di rumah.
Jauh hari sebelum hijrah ini saya sudah menyiapkan mental dan daftar rencana apa saja yang akan saya lakukan setibanya nanti di Jepang. Sepuluh tahun lebih setelah menikah terbiasa dengan rutinitas terjadwal dan sekarang berubah harus berada di rumah 24 jam. Disatu sisi saya sangat senang diberi kesempatan ini, bahkan saya menganggap ini cara Allah menjawab do’a saya 8 tahun lalu. Oh iya kami tinggal di perfektur Nara, tepatnya di Ikoma-shi. Kalau saya bilang, daerah kami ini adalah Nara coret karena dari tempat kami tinggal lebih mudah aksesnya ke Osaka daripada ke Nara city. Kalau mau pergi ke pusat kota Nara butuh waktu satu jam lebih dengan naik bus dan transfer kereta dua kali. Ternyata tempat kami tinggal ini melebihi ekspetasi saya, tadinya sempat protes ke Abi kenapa milih tinggal di lantai 5, setelah dijalani ternyata memang tempat inilah yang terbaik buat kami. Setiap pagi disuguhi pemandangan sunrise yang indah. Setiap malam bisa melihat langit malam yang bersih. Amazing…baru kali ini saya bisa melihat langit ‘cerah’ di malam hari,dimana saya masih bisa melihat gumpalan awan. Saat summer akan ada firework yang indah. Bagi FH3 setiap hari bisa menyaksikan pesawat yang hilir mudik dari balkon rumah. Balkon itu adalah menara saya, tempat memantau anak-anak yang sedang bermain di bawah, memantau abang dan kakak berangkat dan pulang sekolah hehehe. Jadi bisa dikatakan tempat baru ini nyaman secara fisik dan batin buat saya (stressless). Karena kenyamanan ini saya sampai melupakan daftar rencana yang sudah saya buat salah satunya “PR pekerjaan” yang tidak kunjung selesai (nanti ajalah ya kalau udah di Bogor kita back to mikir dan riweh lagi ✌π). Waktu liburan panjang saya ini tak akan terulang kedua kali jadi let’s enjoy with happy soul ππ
Jumat, 18 Mei 2018
Cucurak
Rabu, 16 Mei 2018
Komentar Jahat???
Pernahkah kita berpikir apa yang orang lain rasakan ketika membaca komentar negatif kita? Apakah kita benar-benar bisa memastikan mereka akan baik-baik saja setelah membaca komentar-komentar tersebut? Jika komentar jahat tersebut dilayangkan kepada publik figur a.k.a orang terkenal mungkin menurut sayabtidal terlalu masalah karena biasanya mereka juga sudah mempersiapkan diri efek samping dari keterkenalan. Nah bagaimana dengan ibu seperti contob diatas tadi? Mungkin saja juga banyak orang-orang biasa seperti ibu tadi, tiba-tiba menjadi viral yang diikuti pula dengan komentar jahat. Padahal sudah pasti niat awal dia mengunggah status tersebut hanya ingin berbagi atau bisa jadi bentuk penguatan dirinya agar selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan. Bisa jadi dia juga sedang berjuang untuk belajar Qanaah. Ingat! Dunia maya itu tidak selalu menampilkan kondisi terkini di lapangan. Misalnya kita melihat seorang teman mengunggah foto-foto lagi liburan. Terus ada yang berkomentar, ih enak ya bisa jalna-jalan terus. Pantes saja bisa jalan-jalan, suaminya tajir sih belum punya anak lagi bla...bla . Padahal teman yang mengunggah foto liburan tersebut lagi terbarong di tempat tidur, harus istirahat total akibat pendarahan yang dia alami . Foto tersebut diunggah sebagai bentuk luapan rasa bosan dan sedih yang dia alami.
Bijaklah dalam memainkan jari merangkai kata-kata dalam berkomentar di sosial media. Setiap kebaikan dan keburukan sekecil apapun pasti akan berbalik pada kita. Satu lagi yang terpenting, sebelum menggunggah sesuatu coba pikirkan dulu, apalah memang layak jadi konsumsi umum? Apakah itu benar bukan hoax? dan sekali-kali jangan pernah mengada-ada, hidup di dunia maya itu harus selaras dengan di dunia nyata.
Minggu, 13 Mei 2018
Ide Bermain: Asyiknya Bermain Air
- Perkembangan fisikSi Kecil lonjak-lonjak kegirangan setelah menyiprat-nyipratkan air, menepuk, dan menuangkan air dari gayung ke ember. Aktivitas si Kecil ini mendorong koordinasi tangan, mata, dan juga ketangkasan tangannya.
- Belajar memecahkan masalahKetika melihat mainannya ada yang tenggelam dan mengapung di dalam air, si Kecil akan belajar bahwa tidak semua benda mengapung di air. Hal ini akan membuatnya mempelajari sebab dan akibat.
- Mengendalikan emosiBerendam di air hangat bisa membuat orang dewasa merasa nyaman dan tenang. Bagi si Kecil, bermain air bisa membuat emosinya lebih tenang dan gembira. Aktivitas menyiram, menyiprat-nyipratkan air, dan menghentakkan kakinya di bak berisi air menjadi cara sederhana bagi anak untuk mengekspresikan emosinya.
- Mengembangkan kreativitasAnak-anak bisa mengembangkan kreativitas dengan bermain air. Berbagai ide baru bisa dilakukannya saat bermain air, seperti berimajinasi dengan mainannya.
Jumat, 11 Mei 2018
Tepat Sasaran Dalam Bersedekah
"InsyaAllah bi, kenapa?"
Kasus pembagian sedekah ini yang berujung pada petakn sering sekali kita dengar lewat berita di televisi. Mereka rela beedesak-desakan, bahkan terinjak hanua untuk mendapatkan uang sebesar Rp.25.000 atau dapat palat sembakonyang hanya berisi 1 liter beras, 0,5 liter minyak dan mie instan. Ironi, kejadian ini mempertontonkan betapa banyaknya orng miskin di Indonesia. Alangkah lebih baik jika meniru sahabat Rasulullah, langsung mendatangai rumah-rumah para dhuafa di malam hari tanpa ketahuan untuk membagi-bagikan sedekahnya. Namun, bisa jadi juga mereka rela datang jauh-jauh dengan harapan tinggi, dapat banyak. Ternyata sampai di lokasi hanya dapat segitu jadilah kekesalan tertumpah pada aksi dorong-dorongan. Itu menurut hemat saya.
Rabu, 09 Mei 2018
Ada apa di Cimory Riverside?
Lelaki Ku
Terpisah jarak dan waktu dari orang yang dicinta Pergi jauh dari tanah kelahiran demi wujudkan cita Tekad membaja sebagai bekal diri ...
-
Nice HomeWork #8 Pada NHW#7 dalam tahap mencapai bunda produktif, saya sudah membuat kuadran aktivitas. Agar produktivitas tersebut terca...
-
Akhir-akhir ini saya perhatikan anak-anak itu ternyata sudah bisa punya cara belajar sendiri. Kalau kima lagi senang-senangnya bertanya &quo...
-
Day#5 Persoalan makan sendiri bearti sudah tuntas. Abang sudah terbiasa makan sendiri bahkan kima pun juga jadi ikut-ikutan makan sendiri ...